Baru beberapa
hari sejak peristiwa ‘akbar’ itu berlalu. Masih segar dalam ingatanku tentu
saja, detik detik paling mendebarkan selama lebih kurang 17 tahun aku hidup;
pengumuman SNMPTN. Sebuah kebahagiaan dan kebanggaan sekaligus kekecewaan yang
menghantarkan kita pada masa lalu. Saat itu aku begitu terkejut sekaligus bahagia dan haru mengetahui aku
lolos dalam satu tahapan baru menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tentu
saja saat itu aku bukan satu satunya yang terkejut. Kamu pun merasakan hal yang
sama. Bukan terkejut dan merasa bahagia tapi lebih kepada merasa kecewa karena
dewi fortuna belum berpihak padamu. Lalu aku dengan perlahan tapi pasti
menyemangati kamu untuk terus berjuang. Seperti janjiku sebelumnya; ”Jika kita
ditakdirkan untuk bertemu lagi, mungkin kita berjodoh. Dan aku tak akan
melepaskan kamu; jodohku”. Tak kusangka kamu pun mengatakan sesuatu yang
membuat jantungku berdebar. Sungguh, itu adalah momen paling berkesan sekaligus
membahagiakan untukku. Semangatmu untuk pergi menyusulku membuat mata hatiku
kembali terbuka. Bahwa mungkin kita masih memiliki kesempatan. Ya, mungkin
saja.
Aku tidak tahu
bagaimana tepatnya. Namun yang kutahu peristiwa peristiwa mengejutkan terjadi
berurutan hingga membuat aku sendiri tak memercayainya. Semuanya terjadi begitu
cepat hanya dalam hitungan hari. Kita yang setelah sekian lama tak bertegur
sapa akhirnya saling menyemangati. Kamu yang kusangka membenciku malah
menunjukkan perhatian yang bahkan tak pernah terlintas dalam benakku. Satu
peristiwa telah mengubah hampir segalanya di antara kita. Kamu memintaku
menunggu, dengan senyum tipis yang kutahu pasti tulus dari hatimu. Kamu tahu? Tanpa meminta pun aku akan
menunggumu seperti janjiku dulu.
Kamu begitu sulit
ditebak. Sepertinya baru kemarin kesalahpahaman di antara kita membuat kita ’terpaksa’
menjauh. Tapi lihatlah sekarang, kamu kembali menjadi sosok paling perhatian
dan penyayang seperti awal kedekatan kita dulu. Sungguh aneh, setelah semua
kesempatan yang bisa saja menyatukan kita kembali, mengapa harus peristiwa itu
yang berhasil? Tapi sudahlah aku tak ingin tahu lebih jauh. Aku sudah cukup
senang mendapatkan kembali perhatianmu. Meski aku tak tahu perhatian yang kamu
tujukan hanya padaku atau pada yang lain juga.
Sikapmu yang
spontan dan begitu tak terduga berhasil membuat kepercayaanku padamu yang dulu
sempat hilang muncul lagi, dan perasaan aneh yang dulu selalu menggelitik
hatiku kembali terasa. Kamu mulai lebih terbuka tentang perasaanmu. Juga
sikapmu yang entah, mungkin hanya perasaanku saja, terasa lebih manis. Kita
kembali pada rutinitas kita yang dulu; berkirim pesan singkat. Sederhana memang. Mungkin tak banyak orang
yang ingin melakukannya jika bisa bertemu secara langsung. Bertemu dan saling
memandang, siapa yang tak menginginkannya? Sayangnya keberuntungan kita hanya
sampai memandang dan tersenyum dalam diam. Namun itu saja sudah membuat hatiku
bergetar.
Entah sampai
kapan rutinitas ini akan terus berlangsung. Mungkin sampai peristiwa ’akbar’
lainnya terjadi. Aku tak tahu, bahkan sesungguhnya aku tak ingin tahu. Karena
kedekatan kita ini sudah lebih dari cukup untukku. Aku tak mau mengharap
terlalu banyak, apalagi terlalu dalam. Aku cukup trauma dengan peristiwa masa
lalu. Aku tak mau jatuh ke dalam lubang yang sama. Untuk itu aku berusaha untuk
bersikap sebiasa mungkin padamu, pada keadaan kita yang seperti ini. Namun aku
tetap tak bisa membohongi hati kecilku. Aku menginginkan kejujuran, kejelasan,
mengenai perasaanmu. Seperti semua perempuan di dunia yang ingin menjadi tujuan
bukan persinggahan; aku tak mau hanya sekadar menjadi pelarian atau
persinggahanmu, aku ingin menjadi tujuanmu. Jika kamu tak merasa sanggup
mengabulkan keinginanku itu lebih baik kamu pergi saja. Sebelum perasaan ini
tumbuh terlalu dalam dan terlalu jauh melewati batas imajinasiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar