Dulu, aku tak pernah membayangkan kita akan jadi
seperti ini. Memikirkannya saja aku tak berani, apalagi membayangkannya. Saat
mengenalmu dulu, aku begitu takut akan cinta. Mendengar banyak yang telah
terluka karena cinta yang palsu. Namun, semakin mengenalmu, semakin membuatku
lupa apa alasan awalku berada disini.
Dulu, buatku, menjadi temanmu sudah lebih dari
cukup. Sebab tak pernah terlintas dalam benakku kita akan bersama dan saling
membagi rasa. Namun, perlahan angan itu muncul. Kamu menawarkan sesuatu yang
begitu indah hingga aku tak kuasa menolaknya. Awalnya hanya candaan biasa. Lalu
berubah menjadi perhatian. Dan akhirnya menjadi kasih sayang.
Sungguh, aku tak bermaksud
begini. Otakku selalu berkata "tidak", tapi entah mengapa hatiku
terus mengatakan sebaliknya. Aku sadar siapa aku bagimu. Karena
itu, rasa ini selalu kupendam sendiri. Bahkan ketika aku merasa lelah
dan akhirnya pergi, kamu tak pernah tahu isi hatiku yang sebenarnya.
Ketika akhirnya aku kembali,
kita seperti orang asing. Bahagia dan tawamu tak lagi
kamu persembahkan untukku. Sudah ada gadis lain yang mengisi relung hatimu. Sakit sekali saat tahu
kamu begitu ingin berkorban untuknya. Melihatmu bertengkar dengan sahabat
sendiri hanya demi dia. Kesalku pun semakin menjadi ketika kamu ingin pergi
dari sini. Mengapa dari sekian lama kita bersama kamu tak pernah
merasa lebih takut kehilangan daripada ini?
Waktu pun mempertemukan kita
kembali. Meski hanya jadi teman aku sudah cukup senang. Tak pernah aku meminta
lebih. Karena kutahu hatimu bukanlah untukku. Tapi mengapa kamu
memintaku kembali saat aku sudah mulai terbiasa tanpa hadirmu? Kamu membawaku
ke puncak bahagia. Meski kali itu sakit yang kurasa bahkan lebih dari
sebelumnya.
Aku mencoba sabar, menunggumu yang tak kunjung
mengerti. Aku lelah, terlebih ketika kamu mulai mengacuhkanku. Aku merasa bodoh, menunggumu
dan semua dustamu itu. Aku ingin menangis, berteriak. Tapi tak bisa. Otakku
menyuruhku untuk pergi lagi, tapi hatiku memaksaku untuk tetap bertahan.
Akhirnya kalimat itu meluncur darimu. Kamu
memilih untuk pergi lagi. Aku tahu alasannya. Sejak awal kamu memang tak pernah
peduli. Mungkin hanya rasa kasihan. Tapi sekali lagi, dengan bodohnya aku masih
mencintaimu. Meski tahu kamu takkan pernah sadar. Menunggumu, meski tahu kamu
takkan penah kembali.
Sekarang kita kembali menjadi orang asing. Tak
ada lagi sapaan hangat. Tak ada lagi canda dan tawa. Lebih sakit lagi ketika
kamu membenciku. Menyalahkanku karena akhirnya kita begini. Sungguh pedih melihatmu
bahagia, sedang aku disini hanya bisa tersenyum pahit, tertawa sinis.
Tak pernahkah kamu menyadari rasa sakit ini? Luka
yang kamu beri takkan pernah bisa hilang. Meski begitu rasa sayangku, kata yang
selalu berusaha kuhindari; cinta. Akhirnya tetap kubawa meski nanti aku harus
pergi. Hanya satu pintaku, ijinkan aku tetap menyayangimu dengan caraku. Meski
bodoh. Meski tahu akan sakit. Setidaknya dengan mencintaimu, semua rasa sakit,
kecewa dan ribuan perbedaan yang kita miliki hilang. Dan hanya bahagia yang
tersisa.
Dari seseorang
yang pernah
mengisi hari harimu
di masa lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar